Latest Updates

Inilah Misi Badan Kesehatan Dunia

Logo Badan Kesehatan Dunia (WHO)
Semua uraian di bawah ini bersumber dari salah satu Video WHO. Dari substansinya, tampak seluruhnya mewakili Misi dari Badan Kesehatan Dunia itu. Ini dia ...

Throughout your life ...
Sepanjang hidup anda ...

Everyday, we are there ...
Setiap hari, kami berada di sana

Helping countries make the air you breathe safer
Membantu negara-negara mengupayakan udara yang anda hirup aman

Promoting healthy diet to prevent diabetes, cancer and heart disease
Mempromosikan diet yang sehat untuk mencegah diabetes, kanker dan penyakit jantung

Helping you  monitor how your children are growing and know what to do  if they’re not growing as expected
Membantu anda memantau bagaimana anak-anak anda tumbuh dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika mereka tidak tumbuh seperti yang diharapkan

Recommending vaccinations to keep the family healthy and helping countries survey how many people get the immunizations they need
Merekomendasikan vaksinasi untukmenjaga keluarga tetap sehat dan membantu negara-negara mengamati seberapa banyak sasaran yang memperoleh imunisasi yang mereka butuhkan

Keep your food safe to eat
Mengupayakan makanan anda aman dikonsumsi

... and your water safe to drink
... dan air anda aman diminum

Ensuring availability of save, modern contraceptives for everyone
Memastikan ketersediaan alat kontrasepsi modern yang aman bagi semua

Increasing seatbelt and helmet use to save lives on roads
Meningkatkan penggunaan sabuk pengaman dan helm untuk menyelamatkan nyawa di jalan-jalan

Helping reduce your health risk while traveling
Membantu mengurangi resiko kesehatan anda selama bepergian

Understanding and planing for the needs of older people
Memahami dan merencanakan kebutuhan para lansia

Protecting you from second-hand smoke in public places
Melindungi anda dari efek perokok pasif di tempat-tempat umum

Ensuring bednets and diagnostic tests are of good quality to protect people from malaria
Memastikan kelambu dan pemeriksaan diagnostic benar-benar berkualitas untuk melindungi masyarakat dari malaria

Helping countries ensure they recruit health worker on basic of ethics and good practices
Membantu negara-negara memastikan mereka merekrut tenaga kesehatan sesuai dengan cara-cara yang etis dan benar

Protecting patients from infectious in health facilities
Melindungi pasien dari infeksi di fasilitas kesehatan

Ensuring good care for mother before, during and after delivery
Memastikan perawatan kesehatan yang baik bagi ibu sebelum, selama dan setelah melahirkan

… Including testing and treating for HIV
… Termasuk pemeriksaan dan pengobatan untuk HIV

Sending in experts, medicines, equipment and supplies when disaster strikes
Mengirimkan tenaga-tenaga ahli, obat-obatan, peralatan dan sejumlah perlengkapan saat terjadi bencana

Helping protect people from catastrophic health bills and reducing inequalities
Membantu melindungi masyarakat dari tagihan-tagihan kesehatan yang ekstrim dan mengurangi sejumlah kesenjangan (NB. Baca juga Menghindari Malapetaka Pelayanan Kesehatan Kita)

Ensuring access to safe and affordable medicines
Memastikan akses terhadap obat-obatan yang aman dan terjangkau

Identifying disease outbreaks early and helping countries to respond
Mengindentifikasi wabah penyakit secara dini dan membantu negara-negara dalam mengatasinya

Working with Members States and partners, WHO brings health to life everyday
Bekerja bersama dengan Negara-Negara Anggota dan para mitra, WHO mempersembahkan kesehatan untuk kehidupan sehari-hari. (Video sumber tulisan ini: Inilah Misi Badan Kesehatan Dunia)

Seberapa Besar Risiko Anda Mengalami Serangan Jantung, Ini Cara Menghitungnya


Seberapa besar potensi risiko seseorang mengalami serangan jantung? Berikut adalah salah satu cara perhitungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan kita. Dalam perhitungan ini, ada 9 variabel yang dilihat, lengkap dengan nilai atau skor dari tiap subvaribel. Potensi risiko seseorang terhadap serangan jantung akan tercermin dari total nilai atau skor yang dimiliki. (Nilai atau skor tercantum dalam tanda kurung di akhir tiap subvariabel)

Variabel 1 : Riwayat Keluarga
  • Tidak ada anggota keluarga (orang tua, kakek/nenek, saudara) yang mengalami serangan jantung (1)
  • Satu orang anggota keluarga usia > 50 thn mengalami serangan jantung (2)
  • Dua orang anggota keluarga usia > 60 thn mengalami serangan jantung (3)
  • Satu orang anggota keluarga usia < 50 thn mengalami serangan jantung (4)
  • Dua orang anggota keluarga usia < 60 thn mengalami serangan jantung (6)
Variabel 2 : Aktifitas
  • Bekerja biasa, olahraga dan rekreasi intensif (1)
  • Bekerja biasa, olahraga dan rekreasi sedang (2)
  • Bekerja keras, olahraga dan rekreasi itensif (3)
  • Bekerja keras, olahraga dan rekreasi sedang (4)
  • Bekerja keras, olahraga dan rekreasi jarang (5)
Variabel 3 : Umur
  • 10 – 25 tahun (1)
  • 26 – 40 tahun (2)
  • 41 – 50 tahun (4)
  • 51 – 60 tahun (5)
  • Di atas 60 tahun (6)
Variabel 4 : Kebiasaan Merokok
  • Tidak merokok (0)
  • Pipa atau lisong (1)
  • Kurang dari 10 batang/hari (3)
  • 20 – 30 batang/hari (5)
  • Lebih dari 30 batang/hari (6)
Variabel 5 : Tekanan Darah
  • Diastolik di bawah 80 mmHg (1)
  • Diastolik 80 – 89 mmHg (2)
  • Diastolik 90 – 100 mmHg (3)
  • Diastolik 101 – 105 mmHg (5)
  • Diastolik lebih dari 106 mmHg (6)
Variabel 6 : Kelebihan berat badan
  • Berat badan ideal/di bawahnya (1)
  • Kelebihan berat badan 2 – 5 kg (2)
  • Kelebihan berat badan 6 – 10 kg (3)
  • Kelebihan berat badan 11 – 20 kg (4)
  • Kelebihan berat badan di atas 20 kg (5)
Variabel 7 : Jenis Kelamin
  • Wanita (1)
  • Laki-laki (2)
Variabel 8 : Kadar Kolesterol Total
  • Di bawah 200 mg/dl (1)
  • Antara 200 – 239 mg/dl (4)
  • Di atas 240 mg/dl (6)
Variabel 9 : Kadar LDL (Low Density Lipoprotein), populer dengan sebutan Kolesterol Jahat
  • Di bawah 130 mg/dl (1)
  • Antara 130 – 159 mg/dl (4)
  • Di atas 160 mg/dl (6)
Setelah Anda mengetahui skor dari tiap variabel atau subvariabel, sesuai dengan kondisi masing-masing tentu saja, jumlahkan seluruh skor tersebut, dan hasilnya adalah TOTAL SKOR yang kemudian akan mencerminkan potensi risiko Anda terhadap serangan penyakit jantung. Acuannya adalah parameter di bawah ini.

Interpretasi Risiko Serangan Jantung dari Total Skor
  • 08 – 13 : Risiko Sangat Rendah
  • 14 – 19 : Risiko Rendah
  • 20 – 25 : Rata-rata
  • 26 – 30 : Risiko Sedang
  • 31 – 36 : Risiko Tinggi
  • 37 – 48 : Risiko Sangat Berbahaya

Narkoba LSD: Kenali, Jauhi dan Selamatkan Anak Cucu Kita


Istilah LSD lebih populer dibanding nama panjangnya lysergic acid diethylamide. Dengan nama panjang seperti itu, maka seharusnya singkatan yang digunakan bukan LSD melainkan LAD. Tetapi, mengapa bukan istilah terakhir itu yang digunakan sebagai singkatan? Belum ada keterangan yang pasti tentang ini, tetapi sangat mungkin itu karena faktor kebiasaan saja yang kemudian telanjur populer. Mirip-mirip dengan kebiasaan sebagian orang menyebut Paracetamol dengan nama singkat PCT misalnya. Dengan pola seperti ini, maka dua huruf pertama dalam LSD (yakni LS) mewakili penyebutan singkat untuk Lysergic.

Narkoba LSD merupakan narkotika yang memiliki sifat halusinogen, yang mengandung arti menyebabkan halusinasi pada pemakainya. Halusinasi adalah pengalaman indra tanpa ada obyek yang riil. Misalnya, melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mendengar sesuatu yang sesungguhnya tidak ada sumber suara itu. Halusinasi bisa disebut sebagai pengalaman palsu, sebab apa yang dilihat ataupun didengar tidak ada sama sekali obyeknya, tetapi anehnya diyakini adanya oleh orang yang mengalami halusinasi itu.

Dalam kedokteran jiwa (psikiatri), “pengalaman melihat” sesuatu yang sebenarnya tidak ada obyeknya itu dikenal dengan istilah halusinasi visual. Sementara “pengalaman mendengar” sesuatu tanpa ada sumber suara yang sesungguhnya disebut halusinasi auditorik. Penderita gangguan jiwa yang mencoba untuk membunuh seseorang atau membunuh diri sendiri, bisa saja akibat dari halusinasi auditorik yang ia alami yang mengaku mendapat perintah untuk melakukan tindakan tersebut. Demikian pula halnya, seseorang yang mengalami halusinasi visual tiba-tiba bisa lari terbirit-birit sambil berteriak-teriak minta tolong karena ia mengaku melihat seekor anjing galak yang sedang mengejarnya. Aneh memang, tapi ya begitulah faktanya.

Efek Mengonsumsi Narkoba LSD

Banyak efek yang bisa timbul atau dirasakan oleh pengguna narkoba LSD ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Tidak bisa tidur dan merasa seperti lebih bertenaga
  • Timbul halusinasi visual (penglihatan) seperti melihat tembok yang bernapas, melihat gambar motif tertentu yang bergerak dan bahkan seringkali gambar itu terlihat seperti mengalami perubahan-perubahan bentuk menjadi benda-benda lain yang berbeda-beda
  • Muncul halusinasi auditorik (pendengaran), seperti mendengar suara musik dengan efek-efek gema ataupun efek-efek dramatis lainnya
  • Emosi menjadi labil, sangat mudah berubah-ubah: senang, sedih, marah, takut, jengkel, depresi, curiga dan lain sebagainya, dan seringkali terbawa pada memori kehidupan masa lalu
  • Mengalami perubahan persepsi tentang waktu alias mengalami disorientasi waktu: pagi, siang, sore atau malam tidak bisa dibedakan, termasuk hari atau tanggal tidak bisa dikenal dengan baik. Disorientasi tempat juga biasa terjadi
  • Berkeringat banyak, sulit fokus atau konsentrasi, gigi-gigi geraham dirasakan seperti terikat kuat-kuat
  • Pupil mata melebar, penglihatan kabur, mual, muntah, tremor, dan terjadi gangguan koordinasi dalam gerakan.
Dengan kumpulan efek seperti di atas bisa dibayangkan, betapa mengerikannya jika seorang pengguna narkoba, khususnya jenis LSD ini mengemudikan kendaraan di jalan raya misalnya; berapa jiwa yang berpotensi terenggut maut; berapa nyawa yang sangat mungkin melayang di jalan. Na’uzubillaahi mindzaalik.

Hati-hati, Kemasan LSD dimodif dalam bentuk kertas mirip perangko

Sejumlah sumber menyebutkan, belakangan ini narkoba LSD ditemukan dalam kemasan kertas yang mirip perangko dengan motif gambar-gambar lucu dan menarik. Celakanya, terdapat indikasi narkoba ini ingin menyasar anak-anak, apalagi dengan daya tarik gambar-gambar yang familier dengan mereka, seperti gambar bintang-bintang, naga, dan lain-lain. Para orang tua benar-benar harus mewaspadai ini. Ingatkan kepada anak-anak kita agar tidak jajan sembarangan. Jangan bosan-bosan berpesan kepada mereka agar tidak mudah menerima jajanan yang ditawarkan oleh seseorang, terutama yang mereka tidak kenal.

Penggunaan narkoba LSD dalam kemasan kertas ini bisa dibilang sangat mudah, yakni dengan cara diselipkan di bawah lidah. Malah ada yang menyebutkan, cukup ditempelkan di ujung lidah layaknya orang yang menjilat perangko yang akan ditempelkan saat tidak menemukan lem. Beberapa saat kemudian kertas yang menjadi basah itu melelehkan kandungan narkoba dan selanjutnya terserap masuk dalam tubuh pemakai.

Miris memang kita dibuatnya. Namun demikian, dengan perhatian dan kewaspadaan yang tinggi dari kita para orang tua, semoga anak-anak kita bisa senantiasa tertuntun dalam kebaikan, jauh dari segala pengaruh buruk pernik-pernik zaman yang menawarkan aneka kemudahan ini, dalam hal ini kemudahan dalam keburukan. “Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api nereka” (QS. At-Tahriim: 6). Hasbunallah wani’mal wakiil ...

Artikel terkait:
Setelah Narkoba Jenis LSD Kembali Merenggut Banyak Nyawa

Luar Biasa Semangat dan Komitmen Ibu-Ibu PERISKA Cikampek


Sebanyak 7 orang Ibu-Ibu dari Organisasi PERISKA (Persatuan Istri Karyawan PT. Pupuk Kujang) Kecamatan Cikampek menghadiri acara pemantapan Kader Posyandu di Aula Puskesmas Cikampek, Selasa pagi tadi, 9 Desember 2014. Kegiatan ini dilaksanakan menyusul keinginan atau inisiatif Ibu-Ibu PERISKA untuk membentuk Posyandu di wilayah Perumahan PT. Pupuk Kujang.

“Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, yang tidak lain adalah merupakan Visi Puskesmas Cikampek, tidak mungkin terwujud tanpa dukungan sepenuhnya dari seluruh komponen masyarakat”, kata Kepala Puskesmas Cikampek, dr.H. La Ode Ahmad saat membuka acara tersebut.

“Oleh karena itu saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada ibu-ibu PERISKA atas inisiatifnya membentuk Posyandu di wilayah Perumahan PT. Pupuk Kujang, karena ini adalah bagian dari wujud nyata komitmen bersama kita untuk membangun kemandirian masyarakat meraih kesehatan yang lebih baik lagi ”, jelas Kepala Puskesmas.

Dilihat dari jumlah kader yang hadir dalam acara pemantapan ini, yang berjumlah 7 orang, sementara Posyandu yang akan dibentuk berjumlah 1 Pos (khusus untuk di kawasan Perumahan PT. Pupuk Kujang), bisa disimpulkan bahwa Ibu-Ibu PERISKA sangat bersemangat, mengingat standar minimal jumlah kader per-posyandu adalah 5 orang sesuai kaidah sistem 5 meja. Standard minimal 5, tapi kali ini mereka (PERISKA) memiliki 7 orang. Luar biasa!

“Bahkan sebenarnya kami memiliki 10 kader untuk 1 posyandu yang akan dibentuk ini, Dok”, ujar Ibu Hanah kepada Kepala Puskesmas Cikampek. Ibu Hanah adalah salah satu pengurus inti PERISKA yang sangat bersemangat menjadi kader. Yang 3 orang lagi, lanjutnya, saat ini tidak bisa hadir karena sedang menjalani cuti bersalin, tetapi mereka sebenarnya sudah komit untuk menjadi kader.

Dalam acara pemantapan kader kali ini, empat orang petugas Puskesmas Cikampek berpartisipasi memberikan materi , yakni Ibu Hj. Martinawati, Am.Keb (Bidan Koordinator), Ibu Enny Tasrini, AMK (Promkes), Ibu Nani Risnayati (Bidan Kalihurip) dan Bp. Muhammad Isa (Petugas Gizi).

Dalam paparannya, Pak Isa mejelaskan banyak hal berkaitan penilaian status gizi sasaran. Beberapa diantaranya mengenai aturan penimbangan berat badan. “Mohon Ibu-Ibu cermat menilai dan menuliskan hasil penimbangan Balita. Seorang anak dengan hasil penimbangan bulan ini bertambah dibanding bulan sebelumnya, belum tentu layak disebut naik atau ditulis” N” dalam KMS-nya”, kata Pak Isa mengingatkan. Anak tersebut layak dikatakan naik berat badannya, lanjutnya menjelaskan, jika pertambahan berat badan tersebut memenuhi ketentuan KBM (kenaikan berat minimal).

Sambil menunjuk pada KMS (kartu menuju sehat), petugas yang berbadan subur ini mejelaskan, untuk bayi berusia 1 bulan misalnya, kriteria KBM-nya adalah 800 gr. Sehinnga, ia akan dikatakan naik timbangannya jika pertambahan berat badannya melampaui angka KBM tersebut, atau minimal sama. “Jadi kalau bayi berusia satu bulan tadi berat badannya bertambah setengah kilogram dibanding berat badan saat lahir, itu tidak dikatakan naik”, imbuhnya, “karena tidak mencapai KBM”. Seperti yang dikatakannya, KBM untuk tiap usia tercantum dengan jelas dalam setiap lembar KMS. Sebelum mengakhiri paparannya, Pak Isa juga mengingatkan kepada seluruh peserta bahwa ada 2 macam KMS, yakni KMS untuk anak perempuan, dan KMS untuk anak laki-laki.

Sementara itu, Bidan Koordinator Puskesmas Cikampek, Hj.Martinawati memberikan pembekalan tentang SIP (sistem informasi posyandu), mulai dari SIP-1 hingga SIP-7. Sistem Informasi Posyandu pada dasarnya berisi format-format standard pencatatan dan pelaporan seluruh rangkaian kegiatan posyandu. Salah satu kekayaan berharga yang bernama ‘data’, tersimpan seluruhnya dalam SIP ini.

Di sela-sela memberikan paparannya, Bidkor Puskesmas Cikampek itu menyampaikan gagasan perlunya di cetak format-format SIP ini dalam media yang lebih besar, kira-kira seukuran kohor ibu/bayi, agar para kader lebih mudah mengisinya, dan ada keseragaman di seluruh posyandu. Dari format yang ada, dengan kolom yang begitu banyak, cukup menyulitkan jika hanya dibuat di atas kertas berukuran folio seperti selama ini.

Menanggapi gagasan tersebut, Kepala Puskesmas Cikampek yang menyimak hingga tuntas acara ini mengatakan bahwa untuk menginisiasi gagasan baik tersebut, Puskesmas bisa menyetaknya satu dua eksemplar, tapi untuk pemenuhuhan kebutuhan seluruh Posyandu tampaknya perlu berkolaborasi, perlu bersinergi, dengan Pemerintahan Desa masing-masing, atau organisasi-organisasi terkait seperti PERISKA umpamanya, khususnya untuk kesinambungan pengadaannya, apalagi ini sejalan dengan ruh Posyandu itu sendiri sebagai UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat), yang lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Ibu Enny Tasrini, AMK, dalam acara pemantapan ini, menggarisbawahi hal-hal penting berkaitan dengan strata posyandu, kriteria dan makna-makna aplikatifnya di lapangan. Ibu Enny juga berharap, tahun 2016 nanti, Posyandu bentukan PERISKA ini bisa tampil sebagai Posyandu Mandiri yang sekaligus menjadi Posyandu Teladan, dan seterusnya menebar keteladanan dan atau kebaikan itu bagi yang lain.

Ibu Nani Risnayati, selaku Bidan di wilayah Kalihurip, dimana Perumahan PT. Pupuk Kujang ada di kawasan ini, terlihat seperti tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. “Alhamdulillah, dengan adanya tambahan 1 Posyandu Kujang ini, berarti Kalihurip memiliki 4 Posyandu: Bonsai I hingga Bonsai IV”, katanya dengan wajah riang. Dan dengan terbentuknya Posyandu berikut Kader di Perumahan Kujang ini, sambungnya, saya berharap komunikasi program akan lebih baik lagi ke depannya, khususnya dengan komunitas warga Perumahan PT.Pupuk Kujang.

Di akhir pertemuan, seluruh Ibu-Ibu PERISKA yang sudah berkomitmen untuk menjadi Kader tersebut, dengan sangat meyakinkan menyatakan tekadnya untuk segera merealisasikan kegiatan Posyandu di Perumahan Kujang terhitung mulai Januari 2015, dengan jadual yang telah disepakati bersama, yakni tiap Rabu Minggu ketiga. Soal nama posyandu, disepakati pula dalam pertemuan ini, posyandu di kawasan tersebut bernama Bonsai IV. Dengan demikian, genap sudah 92 (sembilan puluh dua) posyandu di wilayah kerja Puskesmas Cikampek. Barokallahu fiikum.

Lihat Video Slide Lokakarya Bulanan Puskesmas Cikampek

WHO Luncurkan Pedoman Baru Pencegahan & Pengendalian Kanker Mulut Rahim


Pedoman baru dari WHO ini bertujuan membantu negara-negara di dunia dalam upaya mencegah dan mengendalikan kanker mulut rahim lebih baik lagi. Salah satu jenis kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia ini (tetapi paling mudah dicegah), menyebabkan lebih dari 270.000 kematian setiap tahunnya, dimana 85% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. (Visualisasi Kanker Mulut Rahim bisa dilihat di link ini: Mengenal Kanker Mulut Rahim)

Pedoman baru dari WHO tersebut berjudul “Pengendalian Komprehensif Kanker Mulut Rahim: Panduan Praktis Dasar”, yang diluncurkan bertepatan dengan momentum pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi tentang Kanker di Melbourne, Australia, 3 Desember 2014 lalu.

Hal-hal pokok dalam pedoman baru tersebut adalah:

Vaksinasi anak perempuan usia 9 hingga 13 tahun dengan dua dosis vaksin HPV untuk mencegah infeksi Human papillomavirus (HPV), virus yang paling bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus kanker serviks. Dengan pengurangan frekwensi pemberian, jadwal 2 dosis telah terbukti sama efektifnya dengan jadwal 3 dosis selama ini. Perubahan ini akan membuat kemudahan dalam mengelola vaksin. Selain itu, mengurangi biaya, yang sangat penting bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana anggaran kesehatan nasional dibatasi tetapi kebutuhan vaksin HPV cukup besar. Hari ini, anak-anak gadis di lebih dari 55 negara dilindungi melalui program pemberian vaksin HPV. Sangat menggembirakan, semakin banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memperkenalkan vaksin HPV dalam jadwal rutin imunisasi, dengan dukungan dari GAVI Alliance. (Vaksinasi HPV bisa dilihat di link ini: Vaksinasi Pencegah Kanker Mulut Rahim)

Gunakan Tes HPV untuk kepentingan skrining pencegahan kanker serviks. Dengan Tes HPV, frekuensi skrining akan menurun. Ketika seorang wanita telah diskrining negatif, maka dia tidak harus diskrining lagi setidaknya dalam 5 tahun, tetapi cukup dilakukan skrining ulang setelah 10 tahun kemudian. Ini merupakan penghematan biaya yang cukup besar dalam sistem kesehatan, dibandingkan dengan jika skrining dilakukan dengan jenis tes lainnya.

KIE yang lebih masif. Daripada terlalu berfokus pada upaya mendorong skrining pada wanita berusia di atas 29 tahun, panduan baru ini merekomendasikan KIE (komunikasi, informasi, edukasi) dengan khalayak yang lebih luas: remaja, orang tua, pendidik, para pemimpin dan orang-orang yang bekerja di semua level sistem kesehatan, untuk menjangkau semua perempuan sepanjang hayat mereka.

Dr Nathalie Broutet, seorang ahli dari WHO yang sangat terkenal di bidang pencegahan dan pengendalian kanker mulut rahim mengatakan: "Panduan terbaru WHO tentang pengendalian kanker mulut rahim ini dapat menjadi penentu hidup dan matinya anak-anak gadis serta semua perempuan di seluruh dunia. Tidak ada peluru ajaib, tetapi kombinasi dari alat yang lebih efektif dan terjangkau untuk mencegah dan mengobati kanker mulut rahim akan membantu melepaskan beban berat pada anggaran kesehatan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, dan berkontribusi pada eliminasi kanker mulut rahim secara drastis".

Estimasi WHO, lebih dari satu juta wanita di seluruh dunia saat ini hidup dengan kanker mulut rahim. Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan, baik untuk pencegahan, pengobatan maupun perawatan paliatif atau pendukung.

Mengatasi ketidakadilan. Angka kejadian kanker mulut rahim telah menurun drastis di banyak negara maju selama 30 tahun terakhir, sebagian besar karena program skrining dan pengobatan. Yang menyedihkan, selama kurun waktu yang sama, angka kejadian di kebanyakan negara berkembang telah meningkat pesat atau minimal tetap tidak berubah, sering karena terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan, kurangnya kesadaran terhadap program skrining dan pengobatan. Perempuan pedesaan dan miskin berada pada posisi yang sangat rentan terhadap peningkatan risiko kanker mulut rahim.

Pedoman baru WHO ini menyoroti pentingnya menangani diskriminasi gender dan ketidakadilan lainnya dalam kaitannya dengan berbagai faktor sosial (seperti kekayaan, kelas, pendidikan, agama dan etnis), dalam perancangan kebijakan dan program-program kesehatan.

"Tanpa mengatasi ketidaksetaraan gender dan menjamin hak-hak perempuan atas kesehatan, maka jumlah perempuan meninggal karena kanker mulut rahim akan terus melambung," kata Dr Marleen Temmerman, Direktur Departemen Kesehatan Reproduksi dan Penelitian WHO.

Peluang kunci dari hal-hal pokok dalam pencegahan dan penanggulangan kanker mulut rahim sebagaimana disebutkan di atas ditegaskan lebih lugas lagi oleh tim editor panduan baru ini sebagai berikut:

Pencegahan primer: vaksinasi human papillomavirus (HPV), target perempuan berusia 9 sampai 13 tahun, yang bertujuan untuk memproteksi mereka sebelum menjadi aktif secara seksual.

Pencegahan sekunder: peningkatan akses pada teknologi penapisan bagi wanita di atas 30 tahun, seperti pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) atau Tes HPV untuk skrining, diikuti dengan pengobatan lesi prakanker yang terdeteksi, agar tidak berkembang menjadi kanker serviks.

Pencegahan tersier: peningkatan akses terhadap pengobatan kanker dan manajemen bagi perempuan dari segala usia, termasuk operasi, kemoterapi dan radioterapi. Ketika pengobatan kuratif tidak lagi menjadi pilihan, karena kondisi kanker yang sudah invasif atau menyebar ke berbagai jaringan tubuh, maka akses ke perawatan paliatif sangat penting. (La Ode Ahmad) 

News Release asli dari WHO tentang topik ini, bisa diakses melalui link ini: New WHO guide to prevent and control cervical cancer

Untuk mengunduh secara gratis Panduan tersebut di atas, silahkan klik link resmi ini: Comprehensive Cervical Cancer Control

Mengkhawatirkan ! 8,8 Juta Balita Indonesia Mengalami Stunting


Angka stunting alias balita bertubuh pendek akibat kekurangan gizi di Indonesia masih sangat tinggi. Data Indeks TB/U (Tinggi Badan per Umur), menurut hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan, angka stunting atau kerdil di Indonesia mencapai 37,2% atau sekitar 8,8 juta balita. Fakta yang masih belum menggembirakan ini kembali diungkapkan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof.DR.dr.Nila Farid Meoloek Sp.M(K), dalam pidato beliau saat membuka acara Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) XV di The Sahid Rich Jogja Hotel Jln. Magelang Sleman, Rabu (26/11/2014).

Kongres dan Temu Ilmiah yang dihadiri lebih dari 1100 Ahli Gizi dari seluruh Indonesia itu mengusung sebuah tema besar “Penguatan Peran Profesi Gizi Untuk Mendukung Pemerintah Dalam Mencegah Masalah Stunting dan Penyakit Degeneratif di Indonesia. Dengan merujuk hasil penelitian, Menkes mengingatkan seluruh peserta kongres bahwa anak-anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting memiliki potensi tiga kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya, serta mempunyai umur harapan hidup yang yang lebih pendek dibandinglan dengan anak-anak yang lahir dengan berat badan dan tinggi badang normal.

Oleh karena itu apabila tidak segera ditangani, lanjut Menkes, masalah balita stunting ini akan menjadi beban pembangunan, terlebih pada periode Bonus demografi yang akan terjadi pada periode 2020-2030 bisa jadi akan kehilangan makna, apabila sumber daya manusia Indonesia bukan sumber daya manusia berkualitas.

Menyadari tantangan besar di atas, Menkes menginformasikan pula dalam sambutannya mengenai salah satu komitmen pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi yakni Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sesuai Perpes Nomor 42 tahun 2013. Gerakan ini, tegas menkes, bukan insisiatif baru, melainkan lebih merupakan peningkatan efektivitas dan inisiatif pada berbagai program kegiatan yang sudah ada.

“Para ahli gizi secara individual maupun institusional PERSAGI sebagai organisasi perlu mengetahui dan menjadi bagian utama dalam Gerakan Nasional tersebut, khususnya berfokus pada aspek-apek promotif dan preventif serta memberdayakan masyarakat untuk dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pengolahan pangan serta pola konsumsi pangan yang baik dan benar terutama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)”, tandas Menkes.

Di hadapan ribuan ahli gizi dari seluruh Indonesia itu, Menkes berharap agar organisasi PERSAGI mampu bertindak sebagai agen perubahan sehingga dapat memberi kontribusi nyata terhadap upaya perbaikan gizi di negeri tercinta ini, baik melalui intervensi sepesifik maupun intervensi-intervensi yang sensitif. (La Ode Ahmad/Sumber: Kementerian Kesehatan RI)

Dr. Anung Sugihantono, M.Kes : Hanya 50% Bumil yang Dapat Penjelasan Tanda Bahaya


Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, Dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menyatakan bahwa hanya sekitar 50% Ibu Hamil di Indonesia yang mendapat penjelasan tentang Tanda Bahaya selama pemeriksaan kehami-lannya. Pernyataan yang merujuk pada data hasil Riskesdas (Riset Kesehatan dasar) 2010 itu disampaikannya saat membuka acara kegiatan The Ama-zing Race di Jakarta belum lama ini, tepanya Selasa Pagi 25 Nopember 2014.

Kegiatan The Amazing Race ini, seperti yang dituturkan oleh Direktur Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan RI, dr. Gita Maya Koemara Sakti S., MHA, merupakan salah satu dari banyak rangkaian Kampanye Peduli Kesehatan Ibu dengan hashtag #SayangIbu yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan kematian ibu dan bayi yang dilaksanakan secara berkesinambungan selama sembulan bulan, yakni dimulai saat momentum peringatan Hari Kartini pada 21 April 2014 dan akan diakhiri pada momentum peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2014.

Apa yang disampaikan dr. Anung di atas, yang tidak lain adalah fakta empiris di lapangan, hendaknya menjadi perhatian seluruh komunitas tenaga kesehatan, khususnya para bidan/perawat atau dokter yang banyak berinteraksi dengan para ibu hamil. Tidak dipungkiri, konsep 3T (3 terlambat) yang selama ini ditengarai sebagai faktor yang ikut berkontribusi dalam menentukan kematian ibu dan anak, berkorelasi dengan data di atas. Ini penting, tegas dr. Anung, karena kita serius untuk menyelamakan Ibu dan anak.

Dalam sambutannya, mantan Kepala Dinas Kesehaan Jawa Tengah  itu juga mengingatkan, meski sudah banyak kemajuan yang telah kita raih di bidang KIA, namun dalam waktu bersamaan kita masih menghadapi  berbagai tantangan, seperti angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Mengakhiri sambutannya, lelaki yang low profil itu mene-kankan tiga hal pokok, yakni:

  • Orientasi pembangunan kesehatan harus lebih condong pada aspek promotif-preventif tanpa melupakan aspek kuratif-rehabilitatif;
  • Subyek yang disasar adalah keluarga dan masyarakat, bukan hanya sasaran pokok namun juga pengambil keputusan dalam keluraga dan atau anggota extended family lainnya, sehingga seluruh masyarakat terlibat dan mempunyai rasa tanggungjawab serta melakukannya dengan kesadaran bahwa kita semua dapat melaksanakan upaya pencegahan kematian ibu dan bayi di lingkungan kita sendiri; dan
  • Melibatkan lebih banyak lagi dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan donor untuk bersama mengajak dan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, utamanya kesehatan ibu sebagai fokus utama.
Sementara itu, di tempat yang sama, dr. Gita Maya Koemara Sakti S., MHA menyatakan bahwa Kampanye Peduli Kesehatan Ibu dengan hashtag #SayangIbu memiliki tiga tujuan utama, yaitu: (1) Menggerakkan masyarakat untuk melakukan upaya menjaga kesehatan ibu, khususnya pada saat kehamilan, persalinan dan nifas; (2) Mendorong ibu dan keluarga untuk memeriksakan kehamilan dan segera pergi ke tenaga kesehatan bila terjadi tanda bahaya kehamilan; serta (3) Menggalang komitmen pemangku kepentingan, pemerintah, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan untuk berkontribusi dalam usaha mencegah kematian ibu dan bayi. (La Ode Ahmad)