Latest Updates

Mengkhawatirkan ! 8,8 Juta Balita Indonesia Mengalami Stunting


Angka stunting alias balita bertubuh pendek akibat kekurangan gizi di Indonesia masih sangat tinggi. Data Indeks TB/U (Tinggi Badan per Umur), menurut hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan, angka stunting atau kerdil di Indonesia mencapai 37,2% atau sekitar 8,8 juta balita. Fakta yang masih belum menggembirakan ini kembali diungkapkan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof.DR.dr.Nila Farid Meoloek Sp.M(K), dalam pidato beliau saat membuka acara Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) XV di The Sahid Rich Jogja Hotel Jln. Magelang Sleman, Rabu (26/11/2014).

Kongres dan Temu Ilmiah yang dihadiri lebih dari 1100 Ahli Gizi dari seluruh Indonesia itu mengusung sebuah tema besar “Penguatan Peran Profesi Gizi Untuk Mendukung Pemerintah Dalam Mencegah Masalah Stunting dan Penyakit Degeneratif di Indonesia. Dengan merujuk hasil penelitian, Menkes mengingatkan seluruh peserta kongres bahwa anak-anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting memiliki potensi tiga kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya, serta mempunyai umur harapan hidup yang yang lebih pendek dibandinglan dengan anak-anak yang lahir dengan berat badan dan tinggi badang normal.

Oleh karena itu apabila tidak segera ditangani, lanjut Menkes, masalah balita stunting ini akan menjadi beban pembangunan, terlebih pada periode Bonus demografi yang akan terjadi pada periode 2020-2030 bisa jadi akan kehilangan makna, apabila sumber daya manusia Indonesia bukan sumber daya manusia berkualitas.

Menyadari tantangan besar di atas, Menkes menginformasikan pula dalam sambutannya mengenai salah satu komitmen pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi yakni Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sesuai Perpes Nomor 42 tahun 2013. Gerakan ini, tegas menkes, bukan insisiatif baru, melainkan lebih merupakan peningkatan efektivitas dan inisiatif pada berbagai program kegiatan yang sudah ada.

“Para ahli gizi secara individual maupun institusional PERSAGI sebagai organisasi perlu mengetahui dan menjadi bagian utama dalam Gerakan Nasional tersebut, khususnya berfokus pada aspek-apek promotif dan preventif serta memberdayakan masyarakat untuk dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pengolahan pangan serta pola konsumsi pangan yang baik dan benar terutama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)”, tandas Menkes.

Di hadapan ribuan ahli gizi dari seluruh Indonesia itu, Menkes berharap agar organisasi PERSAGI mampu bertindak sebagai agen perubahan sehingga dapat memberi kontribusi nyata terhadap upaya perbaikan gizi di negeri tercinta ini, baik melalui intervensi sepesifik maupun intervensi-intervensi yang sensitif. (La Ode Ahmad/Sumber: Kementerian Kesehatan RI)

0 Response to "Mengkhawatirkan ! 8,8 Juta Balita Indonesia Mengalami Stunting"

Post a Comment